Blog

Persiapkan Organisasi Anda untuk Menghadapi GDPR 14 February 2018 News

Persiapkan Organisasi Anda untuk Menghadapi GDPR

General Data Protection Regulation (GDPR) merupakan peraturan yang berkaitan dengan bagaimana cara melindungi data pribadi penduduk Uni Eropa (UE) yang akan mulai berlaku pada 25 Mei 2018. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan bahwa kerahasiaan data (data privacy) dapat terlindungi dengan baik dan memberikan dampak yang positif bagi ekonomi digital saat ini.

GDPR adalah sebuah kesempatan untuk membuat perusahaan Anda dapat terus kompetitif dengan strategi privasi yang benar, karena informasi pribadi adalah salah satu aset utama dan kunci bisnis perusahaan Anda yang paling berharga.

GDPR juga bertujuan untuk mendorong perusahaan agar dapat mengembangkan pendekatan baru terhadap pengelolaan informasi (controlling and managing unstructured data), meningkatkan privasi data pribadi serta melindungi hak dan peraturan baru yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan di luar Uni Eropa termasuk Malaysia.

Berkaitan dengan GDPR tersebut, Sailpoint yang merupakan business partner dari Aplikas Servis Pesona, member dari Phintraco Group, hadir dengan metodologi bernama Sailpoint SecurityIQ, yang melatih hampir seratus perusahaan global dan akan menggunakan strategi perlindungan data yang paling profesional agar bisnis Anda sesuai dengan peraturan GDPR.

SecurityIQ (SIQ) untuk Bisnis ini dirancang dengan tujuan membuat pemilik data bisnis menjadi peserta yang lebih aktif dalam prosesnya, dan sistem ini sebagian besar memiliki kemampuan utama sebagai berikut:

1. Data Owner Identification

SIQ mendukung tugas ini dengan pendekatan targeted crowd sourcing yang dipatenkan. Pendekatan ini melibatkan peninjauan sumber daya pengguna (users), namun menggunakan hasil peninjauan tersebut digunakan untuk menentukan kelompok pengguna yang ditargetkan (the “crowd”).

Sebuah kelompok (the crowd) kemudian diminta untuk memilih siapa orang atau kelompok yang paling cocok untuk dijadikan pemilik dari kumpulan data tertentu (data owner). Pemilik data kemudian ditentukan oleh orang yang menerima mayoritas suara. Ini adalah cara yang lebih akurat untuk menentukan pemilik data bisnis.

Selain itu, pemilik data (data owner) dapat melakukan hal seperti:

  • Menentukan tindakan apa yang akan memicu sebuah pemberitahuan ke data owner.
  • Menerima laporan berdasarkan pemberitahuan tersebut.

2. Data Owner Dashboards

Sebuah dashboard  bagi pemilik data bisnis, yang berisi informasi yang dimiliki oleh pemilik data. Pemilik data menggunakan dashboard untuk menjawab pertanyaan berikut:

  1. Siapa yang mengakses data?
  2. Siapa yang bisa melakukan tindakan terhadap data?
  3. Jenis data sensitif apa yang ada di dalam data?
  4. Siapa sepuluh pengguna aktif dari data?
  5. Data atau izin apa yang sudah tidak berlaku atau tidak digunakan lagi?

3. Data Discovery and Classification

Cari data penting Anda. SecurityIQ membantu Anda menemukan data, baik data yang sensitif dengan cepat di seluruh perusahaan berdasarkan file content dan user behavior. Tab Data di bagian Resources pada Web interface displays menampilkan sumber daya yang tersedia, yang diatur oleh periode pengumpulan data tersebut.

4. Permission Modeling

Mengetahui siapa yang memiliki akses terhadap data. SecurityIQ dengan cepat dapat menilai siapa yang memiliki akses terhadap data di perusahaan dan bagaimana akses mereka diberikan. Sebagai bagian dari proses ini, dapat menyediakan analisis terperinci dari model akses yang efektif dan mengetahui izin yang tidak efektif dan berlebih yang mungkin dapat membahayakan organisasi Anda.

5. Business User Involvement

Libatkan pemilik data sebenarnya. Pengguna bisnis adalah pemilik sebenarnya dari data organisasi, karena mereka yang membuat dan menggunakannya. SecurityIQ meningkatkan bagaimana sebuah data dapat aman dengan langsung meminta bantuan pemilik data untuk mengontrol akses.

6. To meet compliance

Sailpoint menemukan compliance-specific capabilities seperti fitur audit dan akses kontrol, termasuk beberapa yang ditargetkan pada peraturan seperti GDPR, PCI, DSS, dan HIPAA, serta kemampuan automated access review yang dapat membantu dalam mengidentifikasi hak atas data yang sudah tidak digunakan lagi atau berlebihan.

Di sisi lain, ada juga kemampuan untuk memperbaiki data yang sudah tidak digunakan lagi agar membantu platform penyimpanan dapat tetap bersih dengan menghindari terlalu banyak data lama dan tidak terpakai.

For more details about GDPR by Sailpoint, download here

Continue Reading  
Cara Mempertahankan Database yang Lebih Aman 29 December 2017 Blog

Cara Mempertahankan Database yang Lebih Aman

Dengan mempelajari tentang cara meningkatkan keamanan atau melindungi data di cloud, akan memungkinkan bisnis dalam meminimalkan potensi risiko terhadap jaringan, data, dan sistem mereka. Lalu bagaimana cara mempertahankan database yang lebih aman?

Establishing effective security protocols

Bahkan protokol keamanan dasar pun bisa membuat perbedaan nyata ketika harus menyimpan data dan informasi sensitif yang tersimpan di dalam cloud yang aman. Kata sandi yang buruk, kecerobohan dalam melakukan pembaharuan, dapat meningkatkan risiko dari malware atau menyebabkan adanya jenis gangguan jaringan lainnya.

Limiting data use and exposure

Membatasi akses pengguna dan akun adalah cara yang efektif lainnya untuk memastikan agar data yang tersimpan di cloud tidak terganggu. Bahkan upaya keamanan yang paling baik mungkin tidak hanya cukup untuk mencegah terjadinya pelanggaran atau serangan cyber, namun pebisnis masih dapat melindungi diri dan data mereka dengan membatasi akses mereka sendiri.

Utilizing Security Applications

Ada berbagai pilihan perangkat lunak, program, dan aplikasi keamanan digital yang memungkinkan usaha untuk meminimalkan sebuah ancaman. Dari aplikasi yang secara otomatis memonitor patch perangkat lunak mereka yang dirancang untuk mendeteksi dan menanggapi ancaman potensial secepat mungkin.

Monitoring data transfers and network activity

Dengan mengawasi dan memantau transfer data dan aktivitas jaringan lainnya yang mungkin sedang berlangsung dapat menjadi upaya yang bermanfaat. Mengotomasi upaya pemantauan pada cloud atau menghubungi petugas keamanan atau layanan TI untuk menangani tugas semacam itu memastikan bahwa usaha kecil dapat meningkatkan keamanan mereka tanpa harus mempekerjakan staf yang ada atau membebani karyawan mereka yang sudah ada dengan tanggung jawab tambahan.

Seeking Professional Security Services

Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengamankan database atau melindungi jaringan dari gangguan atau pelanggaran mungkin tidak selalu tersedia. Namun dengan mencari bantuan profesional dapat memungkinkan perusahaan untuk menilai dengan lebih baik infrastruktur mereka saat ini, garis besar masalah atau masalah apa pun yang dapat menempatkan mereka pada risiko yang meningkat, dan menerapkan sumber daya apa pun yang mungkin sesuai dengan kebutuhan, anggaran, atau situasinya.

Continue Reading  
Keamanan User-Sentris:  Pendekatan Baru Strategi Keamanan TI 05 December 2017 News

Keamanan User-Sentris: Pendekatan Baru Strategi Keamanan TI

Dunia bisnis menghadapi tuntutan yang kian banyak untuk berkembang, baik tuntutan Digital Transformation, tuntutan penerapan Mobile dan Cloud Computing, tuntutan Collaborative Application baik dalam lingkup kantor pusat perusahaan dengan anak cabang mapun antara perusahaan dengan mitra usaha (kolega atau vendor) mereka, dan lain sebagainya.

Poin yang bisa diambil dari tuntutan tersebut adalah perusahaan diminta untuk lebih “terbuka” dari dunia luar. Bukan hanya melayani karyawan mereka yang mungkin bekerja di remote area atau mobile, melainkan juga untuk melayani akses dari pelanggan, mitra bisnis dan juga kontraktor (vendor).

Keterbukaan itu mengarah kepada makin banyaknya “point of exposures” ke dalam sistim TI perusahaan. Artinya, pendekatan keamanan yang selama ini dilakukan melalui pengamanan jaringan atau sistim TI berbasis endpoint, perimeter, network atau aplikasi menjadi kurang efektif dan perlu dioptimalkan. Karena akses ke dalam jaringan TI sudah makin terbuka baik dari sisi media, target sasarannya (aplikasi atau data), maupun sang pengguna (pengakses). Virtualization, Cloud, Machine to Machine (M2M), Internet of Things (IoT), Big Data, Bring Your Own Devices (BYOD), Mobile Apps dan Social Media telah memaksa perusahaan menjadi lebih terbuka.

Bila media sudah dijaga, bila target sistim telah pula dilindungi, mengapa pelanggaran atau kebocoran keamanan (security breaches) masih kerap terjadi? Dan ini berlaku sama hampir di semua area, tidak hanya di segmen industri tertentu atau pun ukuran besar kelasnya perusahaan.

Pendapat atau pandangan yang menyatakan bahwa:

  1. Semua aplikasi yang kritikal dan Tier-1 terjaga secara aman di dalam jaringan kami
  2. Orang jahat (hackers) ada di luar firewall (jaringan TI) kami
  3. Kami melatih organisasi dan tim TI kami dengan baik, sehingga meminimalkan kesalahan

sudah tidak lagi valid atau relevan.

Ada hal fundamental yang harus ditata ulang, bukan hanya sekedar pendaftaran media yang boleh mengakses, bukan juga paket atau situs yang boleh lewat, dan lain sebagainya. Fundamental itu adalah pengaturan dan pengelolaan individual sang pengguna atau pengakses setiap sumber daya TI di dalam perusahaan, terlepas siapapun pengakses tersebut, baik pegawai tetap, pegawai sementara (tidak tetap/magang), kontraktor, mitra bisnis, bahkan pelanggan sekalipun. Individu pengakses tersebut selanjutnya kita sebut Identitas (Identity). Istilah fundamental tersebut dikenal dengan Identity Governance and Administration yang terdiri dari Identity Access Management (IAM) dan Identity Data Management (IDM). Fundamental pengaturan dan pengelolaan identitas itu didasarkan pada sumber daya TI yang diaksesnya, baik akses ke aplikasi atau sumber daya TI (IAM) atau yang lebih spesifik data (IDM).

Bila pada pendekatan keamanan bersentra perimeter, jaringan, dan aplikasi lebih berfokus pada obyek dan/atau media, maka pendekatan berbasis identitas ini — atau dikenal dengan user-centric security approach — berfokus pada subyek, yakni sang pengakses. Sang pengakses/pengguna/identitas diatur kewenangannya dalam hal akses sumber daya (baik aplikasi, sistim, maupun data) yang boleh diakses berdasarkan pada peran kerjanya (role), wilayah/grup kerjanya (entitlement), peraturan/kebijakan perusahaan (business policy), tingkat resiko sang pengakses (risk owner), dan kepemilikan terhadap sumber daya TI (apps/data ownership).

Pada akhir melalui pengaturan dan pengelolaan tersebut, kita akan dapat visibilitas terhadap informasi

  1. Apakah Anda tahu dimana sensitive data dan aplikasi Anda berada?
  2. Apakah Anda tahu siapa saja yang memiliki akses terhadapnya dan apa saja akses tersebut?
  3. Apakah mereka telah memenuhi syarat (menurut kebijakan perusahaan) terhadap akses tersebut?
  4. Apakah hak akses & tepat?
  5. Anda tahu apa yang mereka lakukan dengan akses itu?
  6. Bisakah Anda membuktikannya?

Pendekatan keamanan guna menjawab enam pertanyaan mendasar tersebut seringkali luput dari kebijakan dan inisiatif keamanan TI Anda. Padahal jawaban “YA” terhadap enam pertanyaan tersebut akan menutup sedikitnya 81% peluang internal breaches (menurut Verizon) melalui pengaturan dan tata kelola identitas. Karena identitas adalah sasaran dari banyak serangan cyber, usaha meningkatkan keamanan harus berfokus untuk melindungi identitas tersebut, dan itu dimulai dengan pengaturan dan tata kelola identitas.

Seberapa banyak dari perusahaan yang tidak mengalami hal berikut di bawah ini:

  1. menaikan performansi (kinerja) sehingga harus menambah sejumlah karyawan
  2. melakukan restrukturisasi sehingga harus memutasi sejumlah karyawan
  3. mengalami optimasi sehingga harus merasionalisasi sejumlah karyawan
  4. meningkatkan diversifikasi sehingga harus mengakuisisi sejumlah karyawan atau perusahaan
  5. memenuhi aspirasi sehingga harus melayani pelanggan mengakses sistim perusahaan
  6. menambah kolaborasi sehingga harus berinteraksi dengan sistim perusahaan lain

Bila perusahan pernah mengalami salah satu dari enam kondisi di atas, artinya identitas di dalam perusahaan Anda akan senantiasa mengalami perubahan yang cepat dan drastis. Tanpa pengaturan dan pengelolaan yang benar, perubahan identitas tersebut berpeluang sebagai potensi utama serangan cyber – yang seringkali dimulai dari stolen credential (kredential/mandate yang dicuri) yang tidak memenuhi kebijakan perusahaan yang berlaku.

Pengaturan dan pengelolaan identitas yang tepat akan memposisikan Identitas sebagai pusat keamanan (center of security), guna meyakinkan perusahaan bahwasannya para pengguna telah mendapatkan akses yang tepat ke aplikasi dan data yang sesuai pada saat yang tepat – tidak lebih dan tidak kurang. Pengaturan dan pengelolaan identitas yang tepat dapat mengurangi, dan bahkan mencegah pelanggaran data, meningkatkan produktivitas, meningkatkan keamanan dan kepatuhan (compliance) dan membuat perusahan dapat terus fokus dalam menjalankan inti bisnisnya.

Sudahkah perusahaan Anda menerapkan Pengaturan dan Pengelolaan Identitas yang menyeluruh dan meliputi banyak hal?

Continue Reading